Sabtu, 02 April 2016

Kembali Terkhianati

Senja merasa  terpukul dengan sikap Juan kepadanya. Senja tak mengerti apakah rasa sakit yang pernah juan torehkan dihatinya masih kurang, senja ingat dua tahun yang lalu saat dengan tiba-tiba juan datang kerumahnya hanya untuk mengakhiri hubungan mereka, padahal semua terasa baik-baik saja untuk senja. Dimalam saat Juan mengakhiri semuanya Senja hanya mampu menangis dan termenung, dia semakin tak mengerti dengan sikap juan yang berubah belakangan ini. Senja tahu dia tak seperti Mia yang dengan mudahnya bisa pergi dengan Juan.  Senja hanya bisa diam saat dia tahu bahwa selama ini Juan telah banyak berbohong padanya. Saat juan bilang dia mengantarkan ibunya ke rumah sakit senja tahu Juan tidak pergi dengan ibunya tapi jalan dengan Mia. Tapi apa yang bisa senja lakukan dia hanya tak ingin hubungannya dengan Juan hancur. Namun kini juan menyianyiakan usaha yang selama ini senja jaga, juan mengakhiri hubungan mereka.
Beberapa bulan setelah kejadian itu Senja mendengar bahwa Juan tengah mendekati Sindi adik kelas yang selama ini dekat denganya. Senja heran mengapa Juan tega melakukan ini padanya, masih basah luka yang Juan goreskan dihatinya dan kini dia semakin memperdalam luka itu.
“Juan tunggu sebentar aku ingin bicara dengan mu” senja menegur juan yang sedang duduk sendiri didepan kelas.
“ada apa enja?” jawab Juan
“sudahlah Juan jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi. Mau kamu apa juan? Tak cukupkah semua yang telah kamu lakukan padaku “ senja tak mampu lagi menahan emosi. Setelah mereka putus hubungan pertemanan mereka kembali seperti dulu. Senja mencoba untuk dewasa dengan menerima Juan sebagai teman sekelasnya, namun sikap juan kali ini benar-benar telah melampaui batas, senja muak dengan sikapnya.
“kamu kenapa senja? Apakah aku telah berbuat hal yang menyakiti hatimu? “
“juan kenapa kamu jahat padaku, tak bisakah kamu sedikit saja menghaargai perasaanku? Kenapa harus sindi, tak bisakah kau cari perempuan lain. Setahuku banyak yang suka padamu kenapa mesti dia orang yang dekat denganku? Tak cukupkah sikapmu waktu itu yang meninggalkan ku tanpa alasan yang jelas. Mau kamu apa hah? Ingin aku semakin terluka.” Senja tak mampu lagi menahan emosinya yang telah meluap sampai ke ubun-ubunnya.
“senja bukan begitu, aku tak bermaksud menyakitimu. Baiklah aku akan meninggalkan dia jika kamu merasa sakit aku didekatnya.” Juan menatap senja
“ Aku tak peduli ya kamu mau deket sama siapa juga mau jadian sama sindi aku gak peduli. Tapi aku tak terima jika apa yang kamu lakukan padaku menimpa sindi juga. Sudah cukup aku saja yang merasakan pahitnya kebohongan mu.”
“ senja maafkan aku, aku janji akan menjauhi Sindi” juan berusaha meraih tangan senja namun saying senja menepis tangan  juan dan pergi meninggalkan juan yang terlihat semakin kacau. Senja tahu hubungannya dengan Juan tak mungkin kembali lagi, kepercayaan dan rasa kagum yang selama ini dia bberikan pada juan telah benar-benar habis. Semenjak kejadian itu hubungan mereka semakin renggang, senja hanya bicara seperlunya dengan jaun. Meskipun juan telah mengirimkan ratusan pesan meminta maaf padanya. Namuntak senja hiraukan, dia hanya bicara banyak dengan juan jika satu kelompok atau sedang mengajarkan juan pelajaran akuntansi dan matematika yang selama ini tak dikuasainya. Beberapa minggu kemudian senja mendengar Sindi dan juan telah jadian, tak ada sedikitpun rasa sakit yang ia rasakan hanya saja ada sedikit rasa khawatir untuk sindi. Dia takut orang yang sudah dia anggap seperti adik mengalami apa yang dirasakannya karena juan dan Mia. Benar saja beberapa bulan setelah kabar jadian itu berhembus kabar Juan menghianati sindi dengan kembali pada Mia.  Senja hanya mampu menghela napas karena tak ada lagi yang bisa dia lakukan. Mengingatkan sindi sudah dia lakukan. Bicara dengan Juan? Ah sudahlah tak pernah Juan dengarkan. Senja hanya tak menyangka kisahnya akan terulang pada Sindi. Sudah 2 bulan senja pindah keluar kota untuk melanjutkan studinya sehingga dia tak pernah bertemu lagi dengan Sindi apalgi Juan. Karena setelah lulus juan kembali kekota kelahirannya.

Kenangan dua tahun yang lalu itu bagaikan sebuah film yang bermain dalam pikiran senja. Senja merenung.  Senja tidak tau apa rencana Tuhan untuknya namun yang pasti dia tau kini peristiwa itu kembali terulang, entah apa yang Juan inginkan dari hidupnya. Senja tak pernah mengerti dengan jalan pikiran Juan yang selalu saja mengusik kehidupannya. Senja tak mengerti kenapa juan terus mendekati orang terdekatnya. Mendekati teman yang selama ini dijadikan tempat mencurahkan isi hati senja. Senja hanya berpikir  Mungkin ini cara Juan membuat senja membencinya atau malah sengaja dia lakukan untuk menyakiti hatinya. Senja tak tahu hanya saja dia takut hal yang sama menimpa teman yang kini tengah juan dekati. 

Jumat, 18 Maret 2016

MAAF  
Maafkan aku ,,,
maafkan aku.. 
maafkan aku
Kalimat itu yang slalu ingin Sinta ucapkan pada Riyan, maaf karena pernah berharap pada oranglain maaf karena pernah mengecewakan. maaf karena tak pernah mengerti perasaan riyan.
Sinta tahu bahwa perasaannya pada Rangga hanya akan membuatnya sakit.
sakit akan semua harapan yang selalu Rangga berikan yang selalu dengan polos dan penuh percaya sinta anggap serius.  sinta paham semua ini harus segera diakhiri, dan dia pun selalu berusaha dengan semua yang dia punya. dia sekarang berusaha fokus pada Riyan meskipun semakin hari hubungan mereka semakin terasa menyiksa, bertengkar dan bertengkar setiap hari tanpa henti, sinta tak pernah kuasa untuk bersikap tegas dan berbicara jujur pada Rangga tentang semua rasa yang selama ini dirasakannya, dan Riyan tak pernah bisa paham apa yang menjadi harapan dan beban Sinta. Mereka seperti berjalan di dua sisi yang berbeda yang terus menerus berusaha mencari jalan agar bisa sama .
Jarak seakan memperkeruh konflik diantara mereka dan kurangnya kepercayaan dari Riyan membuat sinta tertekan, ditambah Riyan telah mengetahui semuanya, semua harapan yang pernah Sinta gantungkan pada Rangga, keadaan ini membuat Sinta semakin tertekan.
Keadan itu membuat harapan  Sinta untuk mempertahankan hubungannya dengan Riyan semakin pupus. Sinta tak mampu meyakinkan Riyan dan kenyataan itu membuatny sulit bernapas,, sikap Riyan pun membuat semua usahanya terasa semakin kabur, Sinta bingung apa yang harus dia lakukan lagi. Semenjak kejadian itu sikap Riyan semakin asing padanya, dia selalu bilang agar Sinta fokus  pada study nya. Riyan tak sadar ucapannya itu bermakna mereka harus berpisah.  Sinta tak mengerti lagi dengan jalan pikiran Riyan, apakah dia tak paham seseorang takan bisa fokus jika pikirannya tidak terbagi. Sinta tak mengerti dengan Riyan yang semakin menjauhi dari dirinya namun tak ingin dijauhi Sinta. Semua keinginan Riyan terasa semakin tidak masuk akal dan membuat Sinta semakin tetekan. Kini hidup Sinta bagaikan menggenggam pasir, kuat ataupun tidak dia menggengam cepat atau lambat pasir itu tetap akan menghilang dari genggamannya.

Senin, 08 Februari 2016



Kepastian cinta

Jangan telat makan, jaga kesehatan, solat dan ngajinya jangan tertinggal ya. Kalimat yang telah sekian lama tak didengar  Senja semenjak neneknya pergi.  Dan kini lelaki itu mengingatkan akan pesan yang selalu neneknya katakan, lelaki yang tak asing lagi baginya,  Juna begitulah dia selalu memanggilnya. Seseorang dari masa lalunya yang pernah menyakiti hatinya.
“ Aku suka sama kamu” kata itu meluncur dengan tiba-tiba dari bibirnya.
“Apa ? kamu bicara apa jun?” Senja tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
“senja  aku sayang sama kamu. Aku mau kamu jadi pacar ku” ucapnya dengan hati-hati.
“ Juna kenapa harus aku? Seharusnya kamu tak mengatakan itu kita ini sahabat.”
“ Senja aku tahu kita sahabat tapi aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri. Aku sayang kamu dan aku tak suka kamu dekat dengan cowok lain.” Juna berusaha meyakinkan senja.
“ Tapi jun aku gak bisa , orangtua ku tak mengijinkan aku untuk berpacaran,lagi pula aku mau fokus dulu pada pendidikan ku.”
“Senja kamu jangan banyak alasan bilang saja kamu  tidak suka sama aku” juna mulai emosi
“bukan seperti itu jun” senja berusaha menjelaskan.
“ Sudahlah kamu tak usah repot-repot menjelaskan, aku sudah tak mau mendengarnya lagi.”  Juna beranjak dari duduknya meninggalkan Senja yang  masih tak percaya sahabat terbaiknya mampu bersikap kasar  tepat dihari ulang tahunnya.
Semenjak kejadian itu Juna jadi berubah. Dia tak pernah lagi menjemput Senja jika sekolah, tak pernah lagi mengirimi senja sms bahkan ketika bertemu pun Juna malah membuang muka tak menyapa senja. Senja merasa sangat kehilangan sahabtnya itu. Setiap malam dia selalu menangisi sikap Juna. Dia tak menyangka dimasa remajanya akan mengalami hal yang sangat menyakitkan seperti ini.
“Hey kok melamun. Mikirin apa ayo? Mikirin aku ya” tiba-tiba sebuah suara membuyarkan ingatannya pada enam tahun silam. Semenjak kejadian itu Juna tak lagi menyapanya bahkan dia memutuskan melanjutkan studi nya di luar negeri. Baru enam bulan yang lalu dia kembali ke Bandung. Dan hal pertama yang dilakukannya adalah menemui sahabat nya ,Senja.
“Ih ngapain mikirin kamu gak ada manfaatnya. Lagian siapa juga yang melamun, aku itu lagi ngerjain tugas. Apa kamu gak bias liat?” jawab senja jutek sambil menunjukan laptopnya.
“ngerjain tugas kok masih bersih gitu” ucap juna tak kalah sewot. “memang dari dulu kamu itu tak pandai berbohong, itulah mengapa aku tak bisa melupakan kamu.” Juna mengacak-ngacak rambut senja lalu mencubit pipinya.
“Juna kamu itu ya kenapa tak pernah berubah. Kamu tahu aku paling tak suka dicubit pipi tapi kamu. Ah dasar aku benci kamu” senja berpura-pura marah.
“jangan cemberut dong. Tuh pipi tembem kamu makin kelihatan” juna malah meledek senja.
Senja diam saja.
“sayang sebenarnya ada yang ingin aku katakan sama kamu.” Ucap Juna serius. Semenjak kepulangan Juna ke Bandung mereka mulai dekat kembali dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan.
“apa?”  ucap senja sambil memainkan laptopnya.
“ senja ini serius bisa kamu dengarkan aku.” Suara juna terdengar sendu.
“ iya ada apa juna?”senja menatap mata juna  ”senja besok aku akan kembali lagi ke luar negeri ada hal yang harus aku urus dan aku tak tahu kapan akan kembali”
“juna kenapa begitu mendadak. Bisakah kamu mengundur waktu keberangkatan mu?”
“tak bisa sayang aku harus segera berangkat. Hal ini sangat penting.”
“begitu pentingkah hal itu dibanding aku. Sehingga kamu akan meninggalkanku lagi.”
“bukan begitu sayang. Aku mohon pengertian mu.”
“baiklah aku mengerti.” Senja tak mampu menahan air matanya. Dia tak menyangka laki-laki ini akan meninggalkannya lagi.
“sayang Jangan telat makan, jaga kesehatan, solat dan ngajinya jangan tertinggal ya. Aku sayang kamu senja. Tunggu aku senja, aku akan kembali.”
“aku akn menunggu kamu Juna” Juna mengecup kening senja lalu pergi meninggalkan nya, lagi.
Malam itu menjadi pertemuan terakhirnya dengan Juna dan pesan yang sama selalu terngiang-ngiang di telinganya. Kini sudah satu tahun semenjak kepergian juna dan senja masih setia akan janjinya untuk menunggu Juna kembali. Meskipun dia tahu hal itu takan mungkin terjadi.
“sayang aku akan terus mengingat pesan mu dan aku akan tetap setia akan janjiku untuk menunggumu  meskipun aku tahu itu mustahil.” Senja tak mampu menahan tangisnya di atas pusara kekasihnya yang telah setahun lalu pergi meninggalkannya dalam kecelakaan pesawat. Dia kembali sebelum menyelesaikan perjalannya.

Minggu, 07 Februari 2016



PAGIKU
Taukah kamu hari telah menemukan sang pagi. Pagi yang mengajarkannya arti sebutkan harapan, pagi memang  tak mungkin menggantikan senja namun pagi memberikan semangat baru untuk hari. Pagiku yang merekah, pagiku yang penuh keceriaan. Pagi yang memberikan banyak harapan bagi hari. Pagi yang diharapkan tidak mengecewakan hari. Pagi yang telah kembali pada hari. Pagi pagi pagi kini hari terus dibayangi pagi. Pagi yang terus menyemangati hari. Dulu hari tak pernah menyangka paginya yang telah lama pergi akan datang kembali, pagi yang pernah mengisi hari-harinya. Pagi yang pernah memberikan kenangan indah. Pagi  yang mengisi masa-masa kepolosannya, pagi yang  selalu menjadi cerita tersendiri.
Pernahkah kamu berpikir pagi akan datang kembali setelah lama kalian tak bertemu? Pasti kalian pikir pagiku tak akan datang lagi namun kallian salah. Pagiku tak sekejam itu mengkhianatik, pagiku datang kembali padaku. Pagi yang pernah kukenal dan baru kembali kukenal. Pagiku yang merekah bisakah kamu berteman dengan senja yang merona dan malam yang menawan. Pagiku semoga kamu bisa berteman dengan mereka atau bahkan membuatku tak memikiran mereka. Pagi aku harap pencarianku selama ini berakhir pada kau pagiku, pagi yang  merekah bukan pada pagi yang lain yang tak aku kenal.


Pagiku
Taukah kamu hari telah menemukan sang pagi. Pagi yang mengajarkannya arti sebutkan harapan, pagi memang  tak mungkin menggantikan senja namun pagi memberikan semangat baru untuk hari. Pagiku yang merekah, pagiku yang penuh keceriaan. Pagi yang memberikan banyak harapan bagi hari. Pagi yang diharapkan tidak mengecewakan hari. Pagi yang telah kembali pada hari. Pagi pagi pagi kini hari terus dibayangi pagi. Pagi yang terus menyemangati hari. Dulu hari tak pernah menyangka paginya yang telah lama pergi akan datang kembali, pagi yang pernah mengisi hari-harinya. Pagi yang pernah memberikan kenangan indah. Pagi  yang mengisi masa-masa kepolosannya, pagi yang  selalu menjadi cerita tersendiri.
Pernahkah kamu berpikir pagi akan datang kembali setelah lama kalian tak bertemu? Pasti kalian pikir pagiku tak akan datang lagi namun kallian salah. Pagiku tak sekejam itu mengkhianatik, pagiku datang kembali padaku. Pagi yang pernah kukenal dan baru kembali kukenal. Pagiku yang merekah bisakah kamu berteman dengan senja yang merona dan malam yang menawan. Pagiku semoga kamu bisa berteman dengan mereka atau bahkan membuatku tak memikiran mereka. Pagi aku harap pencarianku selama ini berakhir pada kau pagiku, pagi yang  merekah bukan pada pagi yang lain yang tak aku kenal.


SANG SENJA

 Senja disore itu mengingatkanku pada seseorang yang jauh disana. Dia yang selalu mengingatkanku akan segala hal, mengomel saat makanku tak teratur, marah- marah saat aku tak memberinya kabar. Tapi kini senjaku telah hilang. Dia telah hilang tertelan dengan gelapnya malam. Senja yang selama dua tahun menemaniku, senja yang dengan mu mudahnya aku lepaskan. Senja yang sekarang ini sangat aku rindukan. Senja yang selalu mengutak ngatik hati ini dan menyembuhkannya dengan satu senyuman. Senja yang hanya aku yang paham akan setiap ucapannya. Senja yang telah aku lukai. Senja itu tak pernah marah saat aku melukainya, tak pernah menjauh saat aku pergi. Senja itu terus datang dan memohon kembali. Senjaku aku bingung harus bagaimana, saat aku menikmati senja tanpa mu aku merasa bebas, saat kau tertelan malam aku sudah mulai terbiasa tanpamu. Senja kenapa kau kembali menggoyahkan keyakinanku, menggoyahkan asa yang telah lama ku bangun. Senja, bukankah kau tau aku tak pernah bisa melihat orang lain terluka. Tak tega melihat air mata. Ah senja kenapa kau selalu menggunakan ketidak berdayaanku, memanfaatkan kelemahanku. Senja aku mohon berhenti, tak cukupkah sakit yang kau berikan? Senja aku mohon cari yang lain saja jangan kembali padaku. Aku memang tak menemukan senja yang lebih indah darimu tapi aku yakin ada senja yang lebih baik disana. Senja yang akan bertahan dalam gelapnya malam. Bukankah kita pernah melihat bagaimana senja itu berusaha mendekat?  Bagaimana senja yang lain lari terbirit-birit karena mu? Bukankah kita juga pernah menyaksikan bagaimana sang malam pun berusaha menjemputku?   Senajaku, aku mohon berhentilah sekarang sebelum kau semakin terluka. Senja senja senjaku yang malang aku tahu ini sungguh berat bagi kita. Senjaku ketahuilah keputusanku meninggalkan tenggelam dalam pekatnya malam tidaklah mudah aku mengorbankan semua rasa yang selama ini ku jaga. Senja aku mohon pergilah aku telah melepaskanmu dengan mudah, aku tak ingin kita terluka. Senja  carilah aku yang lain yang dapat memahamimu dan biarkan aku menemukan senjaku yang lain. Senja yang dapat menemaniku walau pekatnya malam telah mendekatiku.

Sabtu, 19 September 2015

Puisi Puisi ku

Aku

disini aku
terdiam dalam desiran angin
tenggelam dalam deburan ombak
hilang dalam gelapnya malam
lebur bersama keraguan
 
disini aku
penuh dengan keraguan
tak pernah paham akan sebuah kata
aku
siapa aku ini ?
mengapa berada disini?

disini aku
berdiri mematung
duduk termangu
mencoba mengerti
akan arti aku

disini aku
terpaku dengan kesepian
terkurung dalam keraguan
terkekang dengan ketidak pastian